Kamis, 09 Januari 2014

Metode-Metode dalm Pembelajaran Sejarah



A). Metode-Metode serta Langkah-langkah dalam melakukan pembelajaran Sejarah.



1). Role Playing ( Bermain peran )
Metode ini digunakan untuk memperdalam pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh tenaga didik. Jika anda mengampu mata pelajaran sejarah, ekonomi, maka metode ini sangay cocok untuk dicoba.
Berikut langkah-langkah dalam penerapanya
  •  Role playing merupakan metode bermain peran, dimana setiap materi dan penokohan baik dari segi sejarah dan pelaku ekonomi misalnya maka akan dibutuhkan peran yang dimainkan oleh siswa
  • Pemilihan peran ini bisa anda embankan untuk para siswa dalam lingkup kelompk
  • Berikan materi yang akan dijadikan pembelajaran “Role Playing”.  Sebagai tahap awal pendalaman karakter yang akan diperankan
  • Take action, disini seorang guru bisa merekam hasil metode pembelajaran ini dan bisa dimanfaatkan dalam jangka waktu yang akan datang.
2). Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu dan tempat tertentu. Dengan kata lain metode ini adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini disebut juga dengan metode kuliah atau metode pidato.
Kekurangan metode ini adalah:
·         Guru lebih aktif sedangkan murid pasif karena perhatian hanya terpusat pada guru saja.
·         Murid seakan diharuskan mengikuti segala apa yang disampaikan oleh guru, meskipun murid ada yang bersifat kritis karena guru dianggap selalu benar
Untuk bidang studi agama, metode ceramah ini masih tepat untuk dilaksanakan. Misalnya, untuk materi pelajaran akidah.
3). Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar dengan cara memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan.
 Tujuan metode ini adalah:
·         Memotivasi atau memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir kritis, mengeluarkan pendapatnya, serta menyumbangkan pikiran-pikirannya.
·         Mengambil suatu jawaban actual atau satu rangkaian jawaban yang didasarkan atas pertimbangan yang saksama.
Macam-macam diskusi yaitu:
·         Diskusi informal
·         Diskusi formal
·         Diskusi panel
·         Diskusi simpusium

4). Metode Demonstrasi
Metode ini adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan sesutau kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan. Tujuan metode ini adalah memperjelas pengertian konsep atau suatu teori.
Diantara keuntungan metode ini adalah:
  • Perhatian anak dapat dipusatkan dan titik berat yang dianggap penting dapat diamati secara tajam
  • Proses belajar anak akan semakin terarah karena perhatiannya akan lebih terpusat kepada apa yang didemonstrasikan
  • Apabila anak terlibat aktif, maka mereka akan memperoleh pengalaman atau pengetahuan yang melekat pada jiwanya dan ini berguna dalam pengembangan kecakapannya.
5). Metode Penugasan
Suatu cara mengajar dengan cara memberikan sejumlah tugas yang diberikan guru kepada murid dan adanya pertanggungjawaban terhadap hasilnya. Tugas tersebut dapat berupa:
  • Mempelajari bagian dari suatu teks buku
  • Melaksanakan sesuatu yang tujuannya untuk melatih kecakapannya
  • Melaksanakan eksperimen
  • Mengatasi suatu permasalahan tertentu
  • Melaksanakan suatu proyek.

6). Question Student Have (QSH)
Ini adalah metode yang dipergunakan dalam jenjang yang lebih tinggi. Biasanya digunakan pada kelas VIII atau IX. Karena metode ini membutuhkan kecakapan pikir dalam menjawab  pertanyaan dari teman sekelas. Secara rinci metode ini diartikan sebagai suatu metode yang menarapkan konsep bertanya dan menjawab yang di motori oleh siswa itu sendiri. Disini siswa bisa mengeluarkan unek-unek dan bagian-bagian mana dalam suatu materi yang tidak dimengerti kemudian dipecahkan secara bersama.
Cara penggunaan metode ini:
  • Bagi kertas kepada semua siswa kemudan suruh mereka menuliskan sebuah pertanyaan yang sekiranya belum dimengerti oleh siswa
  • Setelah lembar itu terkumpul, saatnya memechkan masalah secara bersam. 
  • Peran guru dibatasi dengan tujuan agar siswa bisa mandiri
  • Guru boleh membantu jika ada siswa yang sudah tidak mampu memecahkan soal .
Inilah beberapa metode sederhana yang dapat anda gunakan sebagai alternative dalam mengajar. Metode diatas semuanya sudah saya peraktikan dan masih ada beberapa metode yang lainya. Berhubung waktu sudah larut malam maka lain waktu kita lanjutkan lagi.

B). Penerapan dalam pembelajaran dari masing-masing metode adalah:
Metode ceramah sebenarnya adalah metode konvensional serta banyak diterpakan oleh pendidik, umumnya dilakukan dengan cara guru memberikan materi dan informasi suatu mata pelajaran secara lisan kemudian disampaikan kepada seluruh siswa. Metode diskusi dilakukan dengan cara memberi kesempatan kepada dua orang peserta didik atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka, metode ini bersifat interaktif. Metode tanya-jawab dilakukan dengan jalan guru memberikan atau mengajukan suatu pertanyaan yang masih berhubungan dengan suatu mata pelajaran kepada siswa atau bisa kebalikannya, yaitu peserta didik mengajukan pertanyaan yang ingin diketahuinya kepada guru. Metode karya wisata (study tour) dilakukan dengan cara mengunjungi suatu tempat yang berhubungan dengan materi pelajaran tertentu, kemudian terjadilah kegiatan belajar-mengajar di tempat tersebut.

Daftar Rujukan
  • Purba, Hartono (2007). Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar  Siswa. Skripsi. Medan : FT. UNIMED.
  • Bahri, Syaiful & Zain, Aswan (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
  • Sagala, Syaiful (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta : Alfabeta.
  • Syah, Muhibbin (2003). Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Rabu, 11 Desember 2013

Tugas Strategi Belajar Mengajar. (Metode yang tepat dalam Pembelajaran Sejarah)


1. Metode Skematik
Sintaks Pembelajaran Sejarah dengan Metode Skematik
Dalam penulisan artikel ini, pembelajaran sejarah skematik merupakan pilihan metode pembelajaran untuk memecahkan masalah  perbaikan atau terobosan dalam bidang pembelajaran sejarah di SMA. Istilah “skematik” terinspirasi oleh kata ”scheme” dalam teori psikologi kognitif  Piaget tentang belajar. Inti dari pembelajaran  konstruktivistik menurut Piaget adalah siswa dalam menyerap informasi  yang akan dimasukkan dalam benaknya melalui adaptasi, dan berbentuk skema-skema (schemes). Dalam adaptasi ini memuat proses asimilasi, yaitu manakala informasi yang masuk dalam benak siswa sesuai dengan skema-skema yang sudah dimilikinya. Jika belum cocok, siswa melakukan modifikasi atau bahkan membuat skema baru, dan ini disebut proses akomodasi.
Sebagaimana dalam pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran lainnya, tidak semua materi dapat menggunakan pendekatan konstruktivisme. Apalagi dalam mata pelajaran sejarah yang sifatnya lebih dominan pada kemampuan memahami untuk  “diingat-ingat,” sudah barang tentu tidak semua topik dapat diajarkan dengan menggunakan pendekatan konstruktivistik. Namun demikian, yang lebih utama dalam pembelajaran sejarah skematik ini adalah orientasi atau fokus guru dalam mengajarkan konsep-konsep sejarah senantiasa berupaya melibatkan siswa aktif berpikir dan mengkonstruksi pengetahuan dalam benaknya dengan bantuan mengamati gambar-gambar, peta, grafik, skema, sketsa, foto atau bantuan benda manipulatif lainnya.
Di samping itu, berdasar pada pengalaman mengajar sejarah di SMA selama ini, siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan ini sering mengalami kesulitan. Di sinilah peran guru sebagai fasilitator, pembantu, dan pembimbing siswa menemukan kembali (guided reinvention) konsep-konsep dan prinsip-prinsip sejarah, sebagaimana tuntutan kurikulum mata pelajaran sejarah yang berbasis pada  kompetensi (Depdiknas, 2006).
Dalam pembelajaran sejarah yang hanya dengan ceramah guru, menjadikan kegiatan siswa lebih banyak untuk mendengarkan dan mencatat. Proses adaptasi dalam pembentukan  skema dalam benak siswa tergolong “rendah”, dan akibatnya pengetahuan yang telah diserap mudah “terlupakan”. Siswa mencoba merekam dan menghafal apa yang sudah ia dengar, namun ilmu pengetahuan yang hanya dihafal semata tersebut tidak mampu bertahan lama di benak siswa, dan beberapa hari kemudian siswa “lupa” terhadap apa yang sudah dipelajarinya.
Untuk menyajikan pengetahuan sejarah sehingga siswa belajar secara lebih bermakna, tidak sekedar menghafal, diperlukan mediasi pembelajaran untuk membantu siswa menyerap informasi dan menyusun skema dalam benaknya sehingga skema tersebut dapat bertahan lama dan tidak mudah lupa. Untuk keperluan praktis dalam pembelajaran sejarah di kelas, penulis sependapat dengan Bruner bahwa pembelajaran sejarah perlu media untuk “konkretisasi” melalui langkah ikonik menuju abtraksi (Matherne, 1999).
Langkah-langkah pembelajaran sejarah dengan metode skematik sebagai berikut (Ernawati, 2006).
a.       Kegiatan Awal
Fase pembukaan
            Guru membuka pembelajaran, menyampaikan tujuan atau indikator pembelajaran, memeriksa pengetahuan prasyarat siswa, memberi motivasi, dan mengaitkan dengan masalah sehari-hari jika memungkinkan.
b.  Kegiatan inti
     Fase ikonik
Pada fase ini guru menjelaskan konsep-konsep dan prinsip-prinsip sejarah dengan pendekatan ikonik, yakni menjelaskan dengan menggunakan bantuan gambar-gambar, peta, grafik, tabel, skema, sketsa atau menggunakan bantuan benda manipulatif lainnya yang sesuai dengan materi pembelajaran.
     Fase diskusi
Pada fase ini siswa diberi tugas kelompok, misalnya memahami suatu topik atau tema sejarah. Siswa diminta menyusun kerangka pemikiran dalam topik atau tema tersebut dengan cara membuat atau menggunakan gambar, peta, grafik, tabel, skema atau sketsa.  Hasilnya dipresentasikan di depan kelas.
     Fase simbolik
Pada fase ini siswa diminta menulis hal-hal penting berkaitan dengan pengertian, definisi, karakteristik, konsep-konsep dan prinsip-prinsip  sejarah yang dipresentasikan oleh temannya. Jika siswa mengalami kesulitan guru memberikan bantuan dengan cara menuliskan kesimpulan dan makna dari materi yang dipelajari. .
c.  Kegiatan akhir
Fase penutup
Guru bersama sisiwa merangkum,memberi tugas misalnya pekerjaan rumah, dan menutup pembelajaran.
2.  Metode On Board Picture Stories ( cerita bergambar di atas papan tulis– terjemahan bebasnya)
alah satu upaya untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran sejarah  adalah dengan menggunakan model On Board Picture Stories ( cerita bergambar di atas papan tulis– terjemahan bebasnya). Model ini adalah mengoptimalkan peran siswa sebagai individu dalam kelompok diskusi lewat media gambar atau visual. Seperti yang saya terapkan saat pembelajaran sejarah materi Kebudayaan Manusia Purba di Indonesia di kelas X.10 MAN 1 Surakarta.
Bagaimana Pelaksanaannya ?
·                     Membentuk 6 kelompok ( setiap kelompok 5 – 6 siswa) atau sesuai jumlah siswa masing-masing.
·                     Setiap kelompok mempersiapkan bahan-bahan seperti buku referensi, atlas, spidol warna, kertas warna, gunting, lem, dan lain-lain
·                     Setiap kelompok menggambar peta Indonesia di kertas karton kemudian mengguntingkan lambang tertentu dengan kertas warna kemudian ditempel di daerah atau tempat penemuan budaya prasejarah dengan diberikan penjelasan
·                     Setiap kelompok mendeskripsikan gambar peta berdasarkan buku referensi, atlas kemudian membuat deskripsi utuh mengenai sub pokok bahasan tersebut
·                     Pembagian kelompok dan materi adalah sebagai berikut 
·                     Setiap kelompok mempresentasikan di depan kelas hasil kerja kelompoknya dengan dua perwakilan siswa untuk memaparkan data temuanya dengan menempelkan karton peta Indonesia di papan tulis dengan menempelkan simbol berwarna dalam bentuk-bentuk tertentu (sesuai kreasi kelompok) untuk menunjukkan titik-titik penemuan kebudayaan.
Dengan model ini siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran dan yang lebih penting mereka akan kreatif, khususnya saat membuat peta yang akan dipresentasikan. Dengan model ini pula siswa tidak menjadi jenuh atau mengantuk, karena mereka semua terlibat secara aktif dalam aktivitas diskusi. Semoga pengalaman ini bisa bermanfaat bagi rekan-rekan guru yang lain. Berikut foto kegiatan pembelajaran yang saya laksanakan: